Rupiah Tertekan di Tengah Sentimen Global dan Domestik

58 / 100 Skor SEO

Nilai tukar Rupiah terus mengalami pelemahan di tengah berbagai tekanan eksternal dan internal yang membayangi perekonomian Indonesia.

Faktor-faktor seperti inflasi yang memanas di Amerika Serikat, kebijakan proteksionisme mantan Presiden AS Donald Trump, konflik di Timur Tengah, serta perlambatan ekonomi dalam negeri menjadi pemicu utama melemahnya posisi Rupiah.

Pada perdagangan Jumat (15/11/2024), Rupiah sempat menyentuh posisi Rp15.900 per Dolar AS sebelum sedikit menguat ke level Rp15.865 per USD pada pukul 10:09 WIB.

Tren pelemahan ini menjadi perhatian serius di tengah volatilitas pasar global yang kian meningkat.

Sentimen Global Membayangi Rupiah

Steven Satya Yudha, Direktur Ashmore Asset Management Indonesia, menjelaskan bahwa pasar masih memiliki pandangan negatif terhadap Rupiah, terutama terkait kebijakan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed).

Meskipun demikian, ia optimistis bahwa kebijakan jangka menengah hingga panjang The Fed yang cenderung menuju pemangkasan suku bunga dapat memberikan peluang penguatan bagi Rupiah.

Selain itu, kebijakan ekonomi Donald Trump, yang cenderung mendukung pelemahan Dolar AS untuk menjaga daya saing ekonomi Amerika, juga dapat menjadi sentimen positif bagi Rupiah dalam jangka panjang. Namun, efek kebijakan ini belum terlihat secara langsung di pasar saat ini.

Faktor Domestik dan Dampaknya

Di sisi domestik, tantangan seperti perlambatan ekonomi dan ketidakpastian kebijakan fiskal turut memberikan tekanan tambahan terhadap Rupiah.

Kombinasi antara sentimen global yang negatif dan kondisi domestik yang kurang kondusif memperburuk daya tahan mata uang Garuda terhadap gejolak eksternal.

Proyeksi ke Depan

Meski tekanan terhadap Rupiah masih kuat, peluang penguatan tetap terbuka jika sentimen global berbalik arah dan kebijakan domestik mampu mendorong kepercayaan investor.

Para pelaku pasar kini menanti kebijakan lanjutan dari The Fed dan perkembangan ekonomi AS di bawah kepemimpinan Donald Trump, yang dapat memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan Rupiah.

Untuk analisis lebih mendalam tentang prospek Rupiah dan sentimen pasar terkini, simak dialog eksklusif bersama Steven Satya Yudha di Squawk Box CNBC Indonesia.

58 / 100 Skor SEO

Nilai tukar Rupiah terus mengalami pelemahan di tengah berbagai tekanan eksternal dan internal yang membayangi perekonomian Indonesia.

Faktor-faktor seperti inflasi yang memanas di Amerika Serikat, kebijakan proteksionisme mantan Presiden AS Donald Trump, konflik di Timur Tengah, serta perlambatan ekonomi dalam negeri menjadi pemicu utama melemahnya posisi Rupiah.

Pada perdagangan Jumat (15/11/2024), Rupiah sempat menyentuh posisi Rp15.900 per Dolar AS sebelum sedikit menguat ke level Rp15.865 per USD pada pukul 10:09 WIB.

Tren pelemahan ini menjadi perhatian serius di tengah volatilitas pasar global yang kian meningkat.

Sentimen Global Membayangi Rupiah

Steven Satya Yudha, Direktur Ashmore Asset Management Indonesia, menjelaskan bahwa pasar masih memiliki pandangan negatif terhadap Rupiah, terutama terkait kebijakan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed).

Meskipun demikian, ia optimistis bahwa kebijakan jangka menengah hingga panjang The Fed yang cenderung menuju pemangkasan suku bunga dapat memberikan peluang penguatan bagi Rupiah.

Selain itu, kebijakan ekonomi Donald Trump, yang cenderung mendukung pelemahan Dolar AS untuk menjaga daya saing ekonomi Amerika, juga dapat menjadi sentimen positif bagi Rupiah dalam jangka panjang. Namun, efek kebijakan ini belum terlihat secara langsung di pasar saat ini.

Faktor Domestik dan Dampaknya

Di sisi domestik, tantangan seperti perlambatan ekonomi dan ketidakpastian kebijakan fiskal turut memberikan tekanan tambahan terhadap Rupiah.

Kombinasi antara sentimen global yang negatif dan kondisi domestik yang kurang kondusif memperburuk daya tahan mata uang Garuda terhadap gejolak eksternal.

Proyeksi ke Depan

Meski tekanan terhadap Rupiah masih kuat, peluang penguatan tetap terbuka jika sentimen global berbalik arah dan kebijakan domestik mampu mendorong kepercayaan investor.

Para pelaku pasar kini menanti kebijakan lanjutan dari The Fed dan perkembangan ekonomi AS di bawah kepemimpinan Donald Trump, yang dapat memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan Rupiah.

Untuk analisis lebih mendalam tentang prospek Rupiah dan sentimen pasar terkini, simak dialog eksklusif bersama Steven Satya Yudha di Squawk Box CNBC Indonesia.

More from author

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

DMI Ciamis Tegaskan Konsep Masjid Hijau dan Masjid Ramah Lingkungan Memiliki Tujuan Serupa

Ketua DMI Ciamis, Drs. H. Syarief Nurhidayat, menyatakan bahwa Masjid Hijau dan Masjid Ramah Lingkungan memiliki tujuan serupa dalam mendukung keberlanjutan lingkungan. DMI Ciamis meluncurkan Anugerah Masjid Ramah 2025, menilai masjid berdasarkan keramahan, terutama aspek lingkungan, aksesibilitas, dan dukungan untuk semua kalangan. Penilaian akan berlangsung hingga November 2025.

Direktur Pendistribusian Baznas RI Kunjungi Posko Mudik Ciamis, Pantau Layanan untuk Pemudik

Ahmad Fikri, Direktur Pendistribusian Baznas RI, mengunjungi Posko Mudik Baznas di Ciamis untuk memastikan pelayanan pemudik optimal selama perjalanan. Posko menyediakan berbagai layanan gratis dan juga memfasilitasi zakat. Selain Posko Mudik, ada juga Posko Balik beroperasi setelah Idul Fitri. Kedua posko dijaga oleh personel terlatih.

Herry Dermawan; Petani Bisa Laporkan Bulog Jika Tak Serap Gabah dan Beras

Anggota Komisi IV DPR RI, Herry Dermawan, menegaskan hak petani melaporkan Bulog jika tidak menyerap gabah dan beras sesuai regulasi. Ia mendorong petani melaporkan penolakan tersebut dan memastikan Bulog membeli gabah kering giling dengan harga Rp6.500. Herry menekankan pentingnya pengawasan infrastruktur dan bantuan pertanian untuk kesejahteraan petani.

Want to stay up to date with the latest news?

We would love to hear from you! Please fill in your details and we will stay in touch. It's that simple!