Pelaku Tabrak Pasar Natal Jerman: Kisah Taleb Al Abdulmohsen yang Kontroversial

59 / 100 Skor SEO

Jumat (20/12/2024) menjadi hari kelam bagi Magdeburg, Jerman, ketika sebuah mobil menerjang kerumunan pengunjung pasar Natal.

Peristiwa tragis ini menewaskan lima orang dan melukai lebih dari 200 lainnya. Pelaku serangan tersebut, Taleb Al Abdulmohsen, seorang imigran asal Arab Saudi, segera ditangkap di lokasi kejadian.

Taleb, seorang pria berusia 50 tahun, bukan sosok asing dalam pengawasan otoritas Jerman.

Dengan latar belakang yang penuh kontroversi, ia memiliki sejarah panjang pernyataan anti-Islam dan pandangan ekstrem yang semakin mencuat dalam beberapa tahun terakhir.

Riwayat dan Perjalanan Taleb Al Abdulmohsen

Taleb tiba di Jerman pada 2006 sebagai seorang psikiater yang mencari perlindungan dari pemerintahan Arab Saudi.

Melalui platform daring yang ia dirikan, wearesaudis.net, Taleb memberikan panduan bagi warga negara Saudi lainnya yang ingin melarikan diri dari rezim yang ia sebut represif.

Selama bertahun-tahun, ia dikenal sebagai pengkritik vokal pemerintah Arab Saudi.

Pada awal kedatangannya di Jerman, Taleb sempat mengungkapkan rasa terima kasih terhadap negara tersebut.

Namun, sikapnya mulai berubah seiring kebijakan Jerman terkait imigrasi.

Setelah membuka pintunya bagi lebih dari satu juta pengungsi Timur Tengah pada 2015, Jerman memperketat pengawasan perbatasannya, kebijakan yang tampaknya memicu kekecewaan Taleb.

Pada saat yang sama, Taleb mulai menunjukkan pandangan yang semakin ekstrem.

Ia secara terbuka menyatakan telah meninggalkan agama Islam melalui akun media sosialnya yang memiliki 50 ribu pengikut.

Selain itu, ia sering menyuarakan dukungannya terhadap partai sayap kanan Jerman, Alternative for Germany (AfD), yang terkenal dengan sikap anti-Islamnya.

Ia bahkan menuduh pemerintah Kanselir Olaf Scholz mendorong “Islamisasi” di Jerman.

Pandangan Ekstrem dan Ancaman Terbuka

Dalam beberapa bulan terakhir, pernyataan Taleb di media sosial menjadi semakin mengancam.

Pada Mei 2024, ia menulis: “Terorisme Jerman akan diadili. Sangat mungkin saya akan mati tahun ini demi keadilan.” Ungkapan serupa diulanginya pada Agustus, di mana ia menyatakan siap melawan Jerman jika diperlukan, meski itu berarti kematian atau pemenjaraan.

Taleb bekerja sebagai psikiater di Bernburg sejak 2020, tetapi berhenti aktif bekerja pada Oktober 2024 karena alasan cuti dan sakit.

Selama waktu ini, ia terlibat perselisihan dengan organisasi non-pemerintah Atheist Refugee Relief, yang mendukung perempuan Saudi dalam proses klaim suaka mereka.

Peringatan yang Diabaikan

Sejak 2007, pemerintah Arab Saudi telah memberikan empat peringatan resmi kepada intelijen dan Kementerian Luar Negeri Jerman tentang pandangan ekstremis Taleb.

Arab Saudi juga meminta ekstradisinya, menyebut Taleb sebagai buronan. Namun, permintaan ini ditolak dengan alasan potensi ancaman terhadap keselamatannya jika ia dipulangkan.

Ironisnya, peringatan tersebut diabaikan hingga Taleb melakukan serangan di Magdeburg. Kini, Jerman harus menghadapi konsekuensi atas keputusan tersebut.

Investigasi dan Dampak Serangan

Otoritas Jerman meyakini bahwa Taleb bertindak sendiri dalam serangan ini. Namun, motif pastinya masih dalam penyelidikan.

Serangan ini tidak hanya memicu duka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga memanaskan kembali perdebatan tentang kebijakan imigrasi dan integrasi di Jerman.

Hingga saat ini, investigasi terus berjalan, sementara publik menanti jawaban atas tragedi yang mengguncang Magdeburg dan mencoreng kedamaian perayaan Natal.

59 / 100 Skor SEO

Jumat (20/12/2024) menjadi hari kelam bagi Magdeburg, Jerman, ketika sebuah mobil menerjang kerumunan pengunjung pasar Natal.

Peristiwa tragis ini menewaskan lima orang dan melukai lebih dari 200 lainnya. Pelaku serangan tersebut, Taleb Al Abdulmohsen, seorang imigran asal Arab Saudi, segera ditangkap di lokasi kejadian.

Taleb, seorang pria berusia 50 tahun, bukan sosok asing dalam pengawasan otoritas Jerman.

Dengan latar belakang yang penuh kontroversi, ia memiliki sejarah panjang pernyataan anti-Islam dan pandangan ekstrem yang semakin mencuat dalam beberapa tahun terakhir.

Riwayat dan Perjalanan Taleb Al Abdulmohsen

Taleb tiba di Jerman pada 2006 sebagai seorang psikiater yang mencari perlindungan dari pemerintahan Arab Saudi.

Melalui platform daring yang ia dirikan, wearesaudis.net, Taleb memberikan panduan bagi warga negara Saudi lainnya yang ingin melarikan diri dari rezim yang ia sebut represif.

Selama bertahun-tahun, ia dikenal sebagai pengkritik vokal pemerintah Arab Saudi.

Pada awal kedatangannya di Jerman, Taleb sempat mengungkapkan rasa terima kasih terhadap negara tersebut.

Namun, sikapnya mulai berubah seiring kebijakan Jerman terkait imigrasi.

Setelah membuka pintunya bagi lebih dari satu juta pengungsi Timur Tengah pada 2015, Jerman memperketat pengawasan perbatasannya, kebijakan yang tampaknya memicu kekecewaan Taleb.

Pada saat yang sama, Taleb mulai menunjukkan pandangan yang semakin ekstrem.

Ia secara terbuka menyatakan telah meninggalkan agama Islam melalui akun media sosialnya yang memiliki 50 ribu pengikut.

Selain itu, ia sering menyuarakan dukungannya terhadap partai sayap kanan Jerman, Alternative for Germany (AfD), yang terkenal dengan sikap anti-Islamnya.

Ia bahkan menuduh pemerintah Kanselir Olaf Scholz mendorong “Islamisasi” di Jerman.

Pandangan Ekstrem dan Ancaman Terbuka

Dalam beberapa bulan terakhir, pernyataan Taleb di media sosial menjadi semakin mengancam.

Pada Mei 2024, ia menulis: “Terorisme Jerman akan diadili. Sangat mungkin saya akan mati tahun ini demi keadilan.” Ungkapan serupa diulanginya pada Agustus, di mana ia menyatakan siap melawan Jerman jika diperlukan, meski itu berarti kematian atau pemenjaraan.

Taleb bekerja sebagai psikiater di Bernburg sejak 2020, tetapi berhenti aktif bekerja pada Oktober 2024 karena alasan cuti dan sakit.

Selama waktu ini, ia terlibat perselisihan dengan organisasi non-pemerintah Atheist Refugee Relief, yang mendukung perempuan Saudi dalam proses klaim suaka mereka.

Peringatan yang Diabaikan

Sejak 2007, pemerintah Arab Saudi telah memberikan empat peringatan resmi kepada intelijen dan Kementerian Luar Negeri Jerman tentang pandangan ekstremis Taleb.

Arab Saudi juga meminta ekstradisinya, menyebut Taleb sebagai buronan. Namun, permintaan ini ditolak dengan alasan potensi ancaman terhadap keselamatannya jika ia dipulangkan.

Ironisnya, peringatan tersebut diabaikan hingga Taleb melakukan serangan di Magdeburg. Kini, Jerman harus menghadapi konsekuensi atas keputusan tersebut.

Investigasi dan Dampak Serangan

Otoritas Jerman meyakini bahwa Taleb bertindak sendiri dalam serangan ini. Namun, motif pastinya masih dalam penyelidikan.

Serangan ini tidak hanya memicu duka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga memanaskan kembali perdebatan tentang kebijakan imigrasi dan integrasi di Jerman.

Hingga saat ini, investigasi terus berjalan, sementara publik menanti jawaban atas tragedi yang mengguncang Magdeburg dan mencoreng kedamaian perayaan Natal.

More from author

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

DMI Ciamis Tegaskan Konsep Masjid Hijau dan Masjid Ramah Lingkungan Memiliki Tujuan Serupa

Ketua DMI Ciamis, Drs. H. Syarief Nurhidayat, menyatakan bahwa Masjid Hijau dan Masjid Ramah Lingkungan memiliki tujuan serupa dalam mendukung keberlanjutan lingkungan. DMI Ciamis meluncurkan Anugerah Masjid Ramah 2025, menilai masjid berdasarkan keramahan, terutama aspek lingkungan, aksesibilitas, dan dukungan untuk semua kalangan. Penilaian akan berlangsung hingga November 2025.

Direktur Pendistribusian Baznas RI Kunjungi Posko Mudik Ciamis, Pantau Layanan untuk Pemudik

Ahmad Fikri, Direktur Pendistribusian Baznas RI, mengunjungi Posko Mudik Baznas di Ciamis untuk memastikan pelayanan pemudik optimal selama perjalanan. Posko menyediakan berbagai layanan gratis dan juga memfasilitasi zakat. Selain Posko Mudik, ada juga Posko Balik beroperasi setelah Idul Fitri. Kedua posko dijaga oleh personel terlatih.

Herry Dermawan; Petani Bisa Laporkan Bulog Jika Tak Serap Gabah dan Beras

Anggota Komisi IV DPR RI, Herry Dermawan, menegaskan hak petani melaporkan Bulog jika tidak menyerap gabah dan beras sesuai regulasi. Ia mendorong petani melaporkan penolakan tersebut dan memastikan Bulog membeli gabah kering giling dengan harga Rp6.500. Herry menekankan pentingnya pengawasan infrastruktur dan bantuan pertanian untuk kesejahteraan petani.

Want to stay up to date with the latest news?

We would love to hear from you! Please fill in your details and we will stay in touch. It's that simple!