Pakar Cemas Elon Musk Membahayakan Masa Depan NASA

55 / 100 Skor SEO

Masa depan NASA, lembaga antariksa terkemuka Amerika Serikat, kini berada di bawah ancaman besar, setelah terjalinnya hubungan yang semakin erat antara Presiden terpilih Donald Trump dan CEO SpaceX, Elon Musk.

Musk, yang dipilih Trump untuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah, berkomitmen untuk memotong anggaran negara hingga USD 2 triliun, yang mencakup evaluasi kontrak-kontrak pemerintah, termasuk yang melibatkan perusahaannya, SpaceX.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan para pakar bahwa NASA, yang selama ini menjadi simbol kebanggaan Amerika dalam bidang eksplorasi luar angkasa, bisa dijadikan alat untuk kepentingan pribadi Musk dan perusahaannya.

Peter Juul, Direktur Kebijakan Keamanan Nasional di Progressive Policy Institute, mengungkapkan kekhawatirannya dalam artikelnya untuk SpaceNews.

Juul memperingatkan bahwa hubungan Musk dan Trump yang semakin kuat dapat menciptakan konflik kepentingan yang merugikan NASA.

Ia khawatir bahwa dana publik yang seharusnya digunakan untuk mendukung misi ilmiah NASA bisa saja dialihkan untuk mendanai SpaceX, perusahaan swasta milik Musk.

Hal ini bisa membuat NASA hanya menjadi lembaga yang melayani kepentingan satu perusahaan saja, alih-alih menjaga tujuan utamanya sebagai lembaga riset dan eksplorasi luar angkasa.

“Jika Trump dan Musk mendapatkan apa yang mereka inginkan, NASA bisa berubah menjadi lembaga kontraktor yang melayani perusahaan pribadi,” tulis Juul, menekankan potensi bahaya bagi integritas dan independensi NASA.

Meskipun SpaceX telah mencatatkan kemajuan besar dalam pengembangan roket Starship yang direncanakan untuk misi Mars, Juul menilai ambisi besar Musk belum dibarengi dengan kesiapan teknis yang memadai.

Ia mencatat, bahkan jika Starship digunakan untuk misi kembali ke permukaan Bulan, SpaceX kemungkinan besar harus melakukan lebih dari 16 uji peluncuran untuk mengirimkan satu pesawat ruang angkasa. “Perusahaan ini belum menunjukkan kemampuan teknis yang dibutuhkan untuk misi yang lebih sederhana sekalipun,” tegasnya.

Selain itu, karakter pribadi Musk juga bisa menjadi hambatan besar bagi kemajuan NASA.

Hubungan Musk yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, pandangan politik yang semakin kontroversial, serta tuduhan pelecehan seksual yang membayangi dirinya, dapat merusak citra NASA sebagai lembaga ilmiah yang kredibel.

Juul menambahkan bahwa sikap Musk yang semakin mencolok bisa mempengaruhi reputasi NASA di mata dunia.

Sebagai lembaga yang independen dan vital bagi kepentingan negara, Juul mengingatkan bahwa NASA harus dilindungi dari potensi eksploitasi oleh pihak-pihak yang hanya mengutamakan keuntungan pribadi.

Kongres Amerika Serikat memiliki kekuatan untuk memastikan NASA tetap berjalan sesuai dengan misinya, dan tidak menjadi alat untuk memperkaya satu perusahaan swasta.

“Kongres harus bertindak untuk melindungi NASA dari potensi kerusakan ini,” ujar Juul. Ia juga mengusulkan agar Kongres memperkuat program Sistem Peluncuran Luar Angkasa (Space Launch System/SLS) milik NASA, yang dinilai memiliki keunggulan teknis dan kapasitas lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan swasta.

Meskipun SLS menghadapi sejumlah tantangan, termasuk keterlambatan dan pembengkakan biaya, Juul percaya bahwa teknologi ini tetap menjadi kunci bagi dominasi Amerika dalam eksplorasi luar angkasa.

Untuk itu, Kongres perlu memastikan bahwa kontrak-kontrak luar angkasa NASA tetap bersaing, dengan melibatkan lebih dari satu perusahaan, dan tidak hanya mengutamakan SpaceX.

Di tengah ketidakpastian ini, Juul menegaskan pentingnya peran Kongres dalam melindungi NASA sebagai lembaga riset ilmiah yang netral dan berfokus pada tujuan kemajuan manusia, bukan hanya untuk kepentingan bisnis semata.

Dengan latar belakang pemerintahan yang sebelumnya menyepelekan isu ilmiah, seperti penolakan terhadap perubahan iklim, perlindungan terhadap NASA menjadi lebih krusial untuk menjaga keberlanjutan riset ilmiah dan eksplorasi luar angkasa di masa depan.

55 / 100 Skor SEO

Masa depan NASA, lembaga antariksa terkemuka Amerika Serikat, kini berada di bawah ancaman besar, setelah terjalinnya hubungan yang semakin erat antara Presiden terpilih Donald Trump dan CEO SpaceX, Elon Musk.

Musk, yang dipilih Trump untuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah, berkomitmen untuk memotong anggaran negara hingga USD 2 triliun, yang mencakup evaluasi kontrak-kontrak pemerintah, termasuk yang melibatkan perusahaannya, SpaceX.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan para pakar bahwa NASA, yang selama ini menjadi simbol kebanggaan Amerika dalam bidang eksplorasi luar angkasa, bisa dijadikan alat untuk kepentingan pribadi Musk dan perusahaannya.

Peter Juul, Direktur Kebijakan Keamanan Nasional di Progressive Policy Institute, mengungkapkan kekhawatirannya dalam artikelnya untuk SpaceNews.

Juul memperingatkan bahwa hubungan Musk dan Trump yang semakin kuat dapat menciptakan konflik kepentingan yang merugikan NASA.

Ia khawatir bahwa dana publik yang seharusnya digunakan untuk mendukung misi ilmiah NASA bisa saja dialihkan untuk mendanai SpaceX, perusahaan swasta milik Musk.

Hal ini bisa membuat NASA hanya menjadi lembaga yang melayani kepentingan satu perusahaan saja, alih-alih menjaga tujuan utamanya sebagai lembaga riset dan eksplorasi luar angkasa.

“Jika Trump dan Musk mendapatkan apa yang mereka inginkan, NASA bisa berubah menjadi lembaga kontraktor yang melayani perusahaan pribadi,” tulis Juul, menekankan potensi bahaya bagi integritas dan independensi NASA.

Meskipun SpaceX telah mencatatkan kemajuan besar dalam pengembangan roket Starship yang direncanakan untuk misi Mars, Juul menilai ambisi besar Musk belum dibarengi dengan kesiapan teknis yang memadai.

Ia mencatat, bahkan jika Starship digunakan untuk misi kembali ke permukaan Bulan, SpaceX kemungkinan besar harus melakukan lebih dari 16 uji peluncuran untuk mengirimkan satu pesawat ruang angkasa. “Perusahaan ini belum menunjukkan kemampuan teknis yang dibutuhkan untuk misi yang lebih sederhana sekalipun,” tegasnya.

Selain itu, karakter pribadi Musk juga bisa menjadi hambatan besar bagi kemajuan NASA.

Hubungan Musk yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, pandangan politik yang semakin kontroversial, serta tuduhan pelecehan seksual yang membayangi dirinya, dapat merusak citra NASA sebagai lembaga ilmiah yang kredibel.

Juul menambahkan bahwa sikap Musk yang semakin mencolok bisa mempengaruhi reputasi NASA di mata dunia.

Sebagai lembaga yang independen dan vital bagi kepentingan negara, Juul mengingatkan bahwa NASA harus dilindungi dari potensi eksploitasi oleh pihak-pihak yang hanya mengutamakan keuntungan pribadi.

Kongres Amerika Serikat memiliki kekuatan untuk memastikan NASA tetap berjalan sesuai dengan misinya, dan tidak menjadi alat untuk memperkaya satu perusahaan swasta.

“Kongres harus bertindak untuk melindungi NASA dari potensi kerusakan ini,” ujar Juul. Ia juga mengusulkan agar Kongres memperkuat program Sistem Peluncuran Luar Angkasa (Space Launch System/SLS) milik NASA, yang dinilai memiliki keunggulan teknis dan kapasitas lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan swasta.

Meskipun SLS menghadapi sejumlah tantangan, termasuk keterlambatan dan pembengkakan biaya, Juul percaya bahwa teknologi ini tetap menjadi kunci bagi dominasi Amerika dalam eksplorasi luar angkasa.

Untuk itu, Kongres perlu memastikan bahwa kontrak-kontrak luar angkasa NASA tetap bersaing, dengan melibatkan lebih dari satu perusahaan, dan tidak hanya mengutamakan SpaceX.

Di tengah ketidakpastian ini, Juul menegaskan pentingnya peran Kongres dalam melindungi NASA sebagai lembaga riset ilmiah yang netral dan berfokus pada tujuan kemajuan manusia, bukan hanya untuk kepentingan bisnis semata.

Dengan latar belakang pemerintahan yang sebelumnya menyepelekan isu ilmiah, seperti penolakan terhadap perubahan iklim, perlindungan terhadap NASA menjadi lebih krusial untuk menjaga keberlanjutan riset ilmiah dan eksplorasi luar angkasa di masa depan.

More from author

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

DMI Ciamis Tegaskan Konsep Masjid Hijau dan Masjid Ramah Lingkungan Memiliki Tujuan Serupa

Ketua DMI Ciamis, Drs. H. Syarief Nurhidayat, menyatakan bahwa Masjid Hijau dan Masjid Ramah Lingkungan memiliki tujuan serupa dalam mendukung keberlanjutan lingkungan. DMI Ciamis meluncurkan Anugerah Masjid Ramah 2025, menilai masjid berdasarkan keramahan, terutama aspek lingkungan, aksesibilitas, dan dukungan untuk semua kalangan. Penilaian akan berlangsung hingga November 2025.

Direktur Pendistribusian Baznas RI Kunjungi Posko Mudik Ciamis, Pantau Layanan untuk Pemudik

Ahmad Fikri, Direktur Pendistribusian Baznas RI, mengunjungi Posko Mudik Baznas di Ciamis untuk memastikan pelayanan pemudik optimal selama perjalanan. Posko menyediakan berbagai layanan gratis dan juga memfasilitasi zakat. Selain Posko Mudik, ada juga Posko Balik beroperasi setelah Idul Fitri. Kedua posko dijaga oleh personel terlatih.

Herry Dermawan; Petani Bisa Laporkan Bulog Jika Tak Serap Gabah dan Beras

Anggota Komisi IV DPR RI, Herry Dermawan, menegaskan hak petani melaporkan Bulog jika tidak menyerap gabah dan beras sesuai regulasi. Ia mendorong petani melaporkan penolakan tersebut dan memastikan Bulog membeli gabah kering giling dengan harga Rp6.500. Herry menekankan pentingnya pengawasan infrastruktur dan bantuan pertanian untuk kesejahteraan petani.

Want to stay up to date with the latest news?

We would love to hear from you! Please fill in your details and we will stay in touch. It's that simple!