Ekspedisi Mapala Archa Buana Universitas Pamulang Ungkap Keberadaan Banyak Gua di Bibir Sungai Citanduy

57 / 100 Skor SEO

Selama tujuh hari, dari tanggal 20 hingga 26 Agustus 2024, Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Archa Buana dari Universitas Pamulang, Tangerang, melakukan ekspedisi ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy.

Ekspedisi ini bertujuan untuk mengeksplorasi kondisi alam sekitar sungai Citanduy, terutama saat musim kemarau ketika debit airnya relatif rendah, sehingga memungkinkan bebatuan dan dasar sungai terlihat jelas.

Lima mahasiswa yang tergabung dalam ekspedisi ini, yakni Muhamad Kevin, Riri Fajriah, Andhika Pratama, Taufik, dan Rifky Yudiana, melakukan penelusuran di sepanjang bibir sungai Citanduy.

Mereka juga melaksanakan sosialisasi di tiga wilayah sekitar DAS Citanduy, yaitu Karang Resik Kota Tasikmalaya, Desa Sukamanah Sindangkasih, dan Desa Pawindan, Ciamis.

Dalam perjalanan ini, Mapala Archa Buana berkoordinasi dengan Mapala Universitas Galuh (Unigal), yaitu Gamapala. Salah satu anggota Gamapala, Rafi, turut serta mendampingi tim ekspedisi dalam penelusuran DAS Citanduy.

Rifky Yudiana, Koordinator Divisi Arung Jeram Mapala Archa Buana, menjelaskan bahwa bibir sungai Citanduy memiliki morfologi yang unik dibandingkan dengan sungai-sungai besar lainnya di Jawa Barat.

“Di sepanjang sungai, terdapat banyak kelokan di kiri dan kanan, serta banyak gua yang terbentuk akibat pengikisan air sungai secara terus-menerus,” ungkap Rifky.

Ia menambahkan, kondisi ini membuat tim ekspedisi harus beberapa kali keluar dari area sungai dan masuk ke wilayah desa sebelum melanjutkan penelusuran di titik lain.

Rifky juga mengingatkan bahwa keberadaan gua-gua ini dapat menjadi tantangan serius bagi kegiatan arung jeram, terutama saat debit air tinggi.

“Adanya strainer atau rintangan di sungai dapat membahayakan para rafter. Kondisi ini memerlukan kewaspadaan ekstra karena dapat meningkatkan risiko kecelakaan atau bahkan kematian,” tambahnya.

Ekspedisi ini tidak hanya memberikan pemahaman lebih mendalam tentang kondisi alam sekitar DAS Citanduy, tetapi juga menyoroti pentingnya kewaspadaan dalam melakukan kegiatan petualangan di alam bebas.

57 / 100 Skor SEO

Selama tujuh hari, dari tanggal 20 hingga 26 Agustus 2024, Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Archa Buana dari Universitas Pamulang, Tangerang, melakukan ekspedisi ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy.

Ekspedisi ini bertujuan untuk mengeksplorasi kondisi alam sekitar sungai Citanduy, terutama saat musim kemarau ketika debit airnya relatif rendah, sehingga memungkinkan bebatuan dan dasar sungai terlihat jelas.

Lima mahasiswa yang tergabung dalam ekspedisi ini, yakni Muhamad Kevin, Riri Fajriah, Andhika Pratama, Taufik, dan Rifky Yudiana, melakukan penelusuran di sepanjang bibir sungai Citanduy.

Mereka juga melaksanakan sosialisasi di tiga wilayah sekitar DAS Citanduy, yaitu Karang Resik Kota Tasikmalaya, Desa Sukamanah Sindangkasih, dan Desa Pawindan, Ciamis.

Dalam perjalanan ini, Mapala Archa Buana berkoordinasi dengan Mapala Universitas Galuh (Unigal), yaitu Gamapala. Salah satu anggota Gamapala, Rafi, turut serta mendampingi tim ekspedisi dalam penelusuran DAS Citanduy.

Rifky Yudiana, Koordinator Divisi Arung Jeram Mapala Archa Buana, menjelaskan bahwa bibir sungai Citanduy memiliki morfologi yang unik dibandingkan dengan sungai-sungai besar lainnya di Jawa Barat.

“Di sepanjang sungai, terdapat banyak kelokan di kiri dan kanan, serta banyak gua yang terbentuk akibat pengikisan air sungai secara terus-menerus,” ungkap Rifky.

Ia menambahkan, kondisi ini membuat tim ekspedisi harus beberapa kali keluar dari area sungai dan masuk ke wilayah desa sebelum melanjutkan penelusuran di titik lain.

Rifky juga mengingatkan bahwa keberadaan gua-gua ini dapat menjadi tantangan serius bagi kegiatan arung jeram, terutama saat debit air tinggi.

“Adanya strainer atau rintangan di sungai dapat membahayakan para rafter. Kondisi ini memerlukan kewaspadaan ekstra karena dapat meningkatkan risiko kecelakaan atau bahkan kematian,” tambahnya.

Ekspedisi ini tidak hanya memberikan pemahaman lebih mendalam tentang kondisi alam sekitar DAS Citanduy, tetapi juga menyoroti pentingnya kewaspadaan dalam melakukan kegiatan petualangan di alam bebas.

More from author

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

DMI Ciamis Tegaskan Konsep Masjid Hijau dan Masjid Ramah Lingkungan Memiliki Tujuan Serupa

Ketua DMI Ciamis, Drs. H. Syarief Nurhidayat, menyatakan bahwa Masjid Hijau dan Masjid Ramah Lingkungan memiliki tujuan serupa dalam mendukung keberlanjutan lingkungan. DMI Ciamis meluncurkan Anugerah Masjid Ramah 2025, menilai masjid berdasarkan keramahan, terutama aspek lingkungan, aksesibilitas, dan dukungan untuk semua kalangan. Penilaian akan berlangsung hingga November 2025.

Direktur Pendistribusian Baznas RI Kunjungi Posko Mudik Ciamis, Pantau Layanan untuk Pemudik

Ahmad Fikri, Direktur Pendistribusian Baznas RI, mengunjungi Posko Mudik Baznas di Ciamis untuk memastikan pelayanan pemudik optimal selama perjalanan. Posko menyediakan berbagai layanan gratis dan juga memfasilitasi zakat. Selain Posko Mudik, ada juga Posko Balik beroperasi setelah Idul Fitri. Kedua posko dijaga oleh personel terlatih.

Herry Dermawan; Petani Bisa Laporkan Bulog Jika Tak Serap Gabah dan Beras

Anggota Komisi IV DPR RI, Herry Dermawan, menegaskan hak petani melaporkan Bulog jika tidak menyerap gabah dan beras sesuai regulasi. Ia mendorong petani melaporkan penolakan tersebut dan memastikan Bulog membeli gabah kering giling dengan harga Rp6.500. Herry menekankan pentingnya pengawasan infrastruktur dan bantuan pertanian untuk kesejahteraan petani.

Want to stay up to date with the latest news?

We would love to hear from you! Please fill in your details and we will stay in touch. It's that simple!