Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan seruan mendesak untuk meningkatkan pengawasan terhadap hewan yang berpotensi menjadi inang virus flu burung H5N1.
Pada Kamis (28/11), Maria van Kerkhove, Direktur Kesiapan dan Pencegahan Epidemi serta Pandemi WHO, menegaskan perlunya tindakan cepat guna mengekang penyebaran virus yang kian mengkhawatirkan.
“Kami membutuhkan pengawasan yang lebih ketat di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat dan negara lainnya. Fokusnya pada burung liar, unggas, serta hewan-hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi,” ungkap van Kerkhove.
Penyebaran ke Berbagai Spesies
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus infeksi H5N1 pada manusia terus meningkat, meskipun masih relatif kecil.
Namun, van Kerkhove menggarisbawahi bahwa fenomena ini perlu menjadi perhatian serius karena melibatkan wabah flu burung besar yang meluas ke berbagai spesies hewan, termasuk mamalia darat dan laut.
“Selama lima tahun terakhir, kami telah menyaksikan wabah signifikan flu burung, termasuk H5N1, yang tidak hanya menyerang burung liar dan unggas, tetapi juga mamalia lain seperti ternak dan bahkan sapi perah,” tambahnya.
Kolaborasi Internasional
Untuk menghadapi situasi ini, WHO menjalin kerja sama erat dengan mitra internasional seperti Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Upaya ini bertujuan meningkatkan pengawasan pada populasi hewan yang rentan terhadap infeksi.
Ancaman dari Infeksi pada Babi
Salah satu perhatian utama adalah deteksi flu burung H5N1 pada babi di sebuah peternakan kecil di Oregon, AS, yang dikonfirmasi oleh Departemen Pertanian AS bulan lalu.
Babi dianggap rentan karena mereka dapat terinfeksi oleh virus dari burung dan manusia secara bersamaan, memungkinkan terjadinya pertukaran gen yang dapat menciptakan virus baru dengan potensi lebih berbahaya dan mudah menyebar di antara manusia.
Kasus pada Manusia dan Risiko Penularan
Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, sebanyak 55 kasus flu burung H5N1 pada manusia telah dilaporkan di AS sepanjang tahun ini.
Sebagian besar kasus melibatkan pekerja peternakan yang melakukan kontak langsung dengan unggas atau hewan yang terinfeksi.
Meski sejauh ini belum ada bukti penyebaran antarmanusia, para pekerja peternakan tetap berada dalam kelompok berisiko tinggi.
Hal ini membuat pengawasan yang ketat terhadap hewan dan lingkungan menjadi langkah krusial untuk mencegah pandemi baru.
Tantangan dan Harapan
Pengawasan global yang terpadu menjadi kunci untuk mencegah evolusi virus flu burung yang lebih berbahaya.
Dengan upaya kolaboratif antara berbagai lembaga kesehatan dan pertanian, WHO berharap dapat membatasi risiko penyebaran flu burung lintas spesies, sekaligus melindungi manusia dari ancaman pandemi baru.